Sunday, March 22, 2009

Studi di Jerman

Study di Jerman, siapa takut ...?!!!
Oleh Ferizal Ramli

Hingga saat ini hampir seluruh perguruan tinggi di Jerman tidak menarikbiaya studi dari mahasiswanya. Bagi mahasiswa di Indonesia sebenarnya ini merupakan peluang menarik untuk menimba ilmu dan mengembangkan karir. Tantangan kapitalis global di depan mata. Suka-tidak suka, mau-tidak mau 'cengkraman kapitalis global' akan menggilas siapapun yangtidak memiliki standar kompetensi internasional. Lantas mengapa tidakdari sekarang untuk mempersiapkan diri agar bisa studi di luar negeridan 'go international' ? Sekilas tentang universitas di Jerman

Secara umum hampir semua universitas di Jerman berkualifikasi excellent. Standart kualitas pendidikan tinggi di Jerman sangat ketat sehingga kualitas antara universitas satu dengan lainnya relatif sama. Memang benar untuk beberapa universitas tertentu memiliki program yang sangat prestisius dan menjadi unggulan tetapi bukan berarti universitas yangbersangkutan lebih unggul (top rangking) dari universitas lain dalamsegala bidang. Sebagai contoh: RWTH Aachen (tempat studi-nya PakHabbibie) memiliki program unggulan pada bidang mekanika danelektronika, tetapi untuk bidang Manajemen RWTH Aachen kalah populer dibandingkan FHTW Reutlingen. Begitu juga FH Furtwangen (berdasarkan majalah focus) merupakan universitas terbaik untuk bidang komputer danTI, tetapi untuk bidang lainnya bisa jadi FH Furtwangen kalah populer dari universitas lain. Jadi, bagi anda yang berminat studi di Jerman memilih perguruan tinggi bukanlah suatu pertimbangan yang penting tetapi yang lebih perlu diperhatikan adalah memilih jurusan yang sesuai dengan prospek karir dan masa depan anda.

Sistem pendidikan di Jerman relatif berbeda dengan sistem pendidikan diIndonesia atau di negara-negara Anglo-Saxon (USA, UK dan Australia). DiJerman ada 3 katagori perguruan tinggi:
1. Univerität dan Technische Universiät (TU). Sistem pendidikan diuniversität relatif lebih berorientasi pada teori dan research. Prosentasi untuk pengajaran teori mencapai 80%-90% dari kurikulum mata pelajarannya.
2. Fachhochschule (FH) dalam Bahasa Inggris dikenal dengan University of Applied Science. Di universitas ini orientasi kurikulum antara teori dengan praktek relatif berimbang. Prosentase perbandingan antara teori dengan praktek sekitar 60% teori dan 40% praktek plus internship diperusahaan.
3. Berufs akademie (BA) dalam Bahasa Inggris di kenal dengan Universityof Cooperative Education. Universitas ini merupakan bentuk kerja sama antara perguruan tinggi dengan industri (seperti KADIN-nya Jerman).Orientasinya sangat praktis yaitu 60% dari kurikulumnya adalah praktikumdan intership di perusahaan.

Nah, pada saat memilih perguruaan tinggi hendaknya perlu juga dipertimbangkan jenis perguruan tinggi mana yang sesuai dengan minatstudi calon mahasiswa.

Untuk lebih jelasnya maka para calon mahasiswa disarankan untuk membukawebsite: www.hochshulkompass.de

Program Internasional

Banyak para calon mahasiswa terpaksa mengurungkan niatnya untuk studi di Jerman karena terkendala dengan keharusan menguasai Bahasa Jerman. Kendala tersebut tampaknya saat ini lebih mudah diatasi bagi calon mahasiswa. Dalam 5 tahun terakhir ini perguruan tinggi di Jerman banyak yang melakukan inovasi dengan membuka program internasional khususnya untuk jenjang Master (S-2). Dalam program internasional tersebut perkuliahan dilakukan dalam 2 bahasa yaitu Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Biasanya pada semester awal perkuliahan menggunakan B.Inggris, baru di semester akhir menggunakan B.Jerman. Komposisi seperti ini akan memudahkan para mahasiswa untuk menyelesaikan studinya.

Tetapi tentu saja bahasa tetap merupakan persoalan serius jika ingin studi di perguruan tinggi luar negeri. Bukan merupakan rahasia umumbahwa kemampuan rata-rata Bahasa Inggris mahasiswa Indonesia relatif rendah. Bahkan secara bergurau seorang kolega yang menjadi Manager Personalia di Mitsubishi Heavy Industry pernah mengatakan bahwa kemampuan Bahasa Inggris Insinyur Indonesia tuh lebih rendah dibandingkan dengan Bahasa Inggris-nya TKW (pembantu) asal Filipina. Kita boleh saja tersinggung dengan pernyataan tersebut. Tetapi jika maujujur ungkapan tersebut seratus persen benar adanya. Tingkat kemampuan rata-rata Bahasa Inggris mahasiswa Indonesia relatif rendah. Bagi para calon mahasiswa yang ingin studi di luar negeri persoalan bahasamerupakan kendala serius yang perlu diantisipasi sejak dini.

Persoalan bahasa akan sedikit bertambah rumit apabila ingin studi di Jerman. Selain persyaratan Bahasa Inggris yang excellent yang dinyatakandengan TOEFL minimal 550, juga disyaratkan mempunyai sertifikat kursusB. Jerman untuk level dasar (Grunstuffe) dari Gothe Institut. Memang kualifikasi B.Jerman yang dituntut hanyalah tingkat dasar tetapi untuk lulus sertifikat tingkat dasar tetap dibutuhkan waktu belajar sekitar 6 bulan. Sebagai catatan untuk di Yogyakarta terdapat lembaga kursus yang bersertifikat Gothe Institut. Lembaga tersebut berlokasi di dekat Tugu dan didirikan oleh Persatuan Guru Bahasa Jerman.

Keuntungan Studi di Jerman

Beberapa keuntungan penting studi di Jerman adalah sebagai berikut:
1. Kualifikasi tenaga pengajar yang tinggi. Pengalaman Penulis selama studi di FH Furtwangen menunjukan bahwa untuk Program Master of Computer Science in Software Business Consulting (M.C.Sc.) dibimbing oleh 15orang Professor-Doktor yang rata-rata mereka memiliki pengalaman sebagai Consultant di berbagai perusahaan multinasional. Menjadi sangat menarik adalah Dosen Professornya sebanyak 15 orang sementara mahasiswanya'hanya' 30 orang. Tentu saja dengan rasio seperti ini kualitas akademiknya sangat terjamin.
2. Fasilitas yang lengkap dan modern. Mahasiswa dapat mengakses fasilitas perpustakaan secara 'on line' dengan buku, jurnal, majalahyang sangat lengkap baik dalam bentuk 'hard copy' maupun CD Room. Selain itu mahasiswa juga memiliki akses internet bebas selama 15 jam per hari dan gratis.
3. Lingkage Industri. Dukungan industri terhadap perguruan tinggi sangatbesar. Pada kasus FH Furtwangen misalnya, di semester 3 seluruh mahasiswa program M.C.Sc. akan kerja praktek di perusahaan selama 6 bulan. Selama kerja praktek tersebut para mahasiswa akan mendapatkan gaji dan seluruh biaya hidupnya dijamin oleh perusahaan. Dan tentu sajabagi mahasiswa yang cemerlang 'tidak akan pernah lagi' datang kekampusnya kecuali hanya untuk pendadaran thesis, karena mereka sudah secara otomatis dipromosikan menjadi karyawan tetap perusahaan dimana mahasiswa yang bersangkutan kerja praktek.
4. Biaya kuliah yang sampai saat ini gratis atau relatif rendah.
5. Adanya program internasional sehingga memudahkan untuk menyelesaikan studi sekaligus menguasai B.Jerman.

Biaya Kuliah (Tuition Fee)

Hampir semua perguruan tinggi di Jerman membebaskan kewajibanya mahasiswanya dalam membayar uang kuliah. Tetapi tentu saja ada program-program tertentu yang menetapkan biaya kuliah biasanya ProgramMBA (Master of Business Adminitration). Untuk Program MBA bea kuliahnyaberkisar antara Euro 4,000 s.d Euro 20,000 tergantung dari kebijakanmasing-masing perguruan tinggi yang bersangkutan, meskipun tetap adayang menyelenggarakan MBA gratis seperti di FH Pforzheim atau FHIngolstadt.

Hanya saja kebijakan untuk kuliah gratis di Program Internasional bisasaja suatu hari akan berubah. Dari tahun ke tahun peminat calon mahasiswa untuk studi di program internasional semakin meningkat. Jadi,dimungkinkan jika suatu ketika perguruan tinggi di Jerman akan menerapkan biaya kuliah bagi mahasiswanya khususnya untuk program internasional. Sebagai contoh di FH Furtwangen hingga tahun 2002 ini perkuliahnya gratis, tetapi mulai tahun ajaran 2003 akan menetapkanbiaya kuliah untuk Program Master of Computer Science (M.C.Sc.) in Software Business Consulting sekitar Euro 4,500. Memang biaya kuliah tersebut relatif rendah jika dibandingkan dengan universitas di USA, UKatau Australia. Jika di-kurs dalam rupiah 'paling hanya' Rp 40 juta-an.Hampir sama dengan biaya kuliah di MM UGM atau dua kali lebih mahal daribiaya kuliah di MM UPNVY. Tetapi jika dibandingkan dengan biaya kuliahdi UK (Inggris) yang rata-rata berkisar diatas Rp 150 juta-an untukprogram umum dan Rp 200 juta-an untuk program MBA, maka biaya kuliah diJerman tetap relatif murah. Meskipun begitu, tetap saja terbuka peluang bagi kita untuk dapat mendaftar di perguruan tinggi yang menerapkan kuliahnya gratis tanpa biaya kuliah.

Ketentuan biaya kuliah tersebut diatas sama sekali tidak berlaku untukprogram Master yang seratus persen menggunakan B.Jerman. Seluruh program master yang diselenggarakan dalam B.Jerman (bukan program internasional), biaya studinya gratis. Ketentuannya adalah dibutuhkan lulus test sertifikat B.Jerman dari Gothe Institut untuk level intermediate, ZMP (Zentrale Mittelstufenprüfung) Level.

Persyaratan untuk Mendaftar di Perguruan Tinggi Jerman

Ada beberapa persyaratan administrasi untuk mendaftar studi di Jerman pada Program Internasional. Beberapa persyaratan penting yang perlu dipersiapkan adalah:
1. Foto kopi legalisir Ijasah S-1 dalam B.Inggris atau B.Jerman.
2. Foto kopi legalisir Transkrip Nilai dalam B.Inggris atau B.Jerman
3. TOEFL B.Inggris 550
4. Sertifikat B.Jerman minimal level Grundstuffe
5. Dua surat rekomendasi dari Dosen tempat mahasiswa menyelesaikan studiS-1 dalam hal ini dosen UPNVY.
6. Surat pengalaman kerja minimal 2 tahun.

Khusus untuk surat rekomendasi dari dosen disarankan untuk mendapatkan rekomendasi dari dosen yang memiliki kualifikasi akademik minimal Doktor(S-3) dan akan lebih baik lagi Professor. Sebagai catatan hampir seluruh dosen di Jerman mempunyai kualifikasi Professor-Doktor, sehingga apabila calon mahasiswa hanya direkomendasikan oleh dosen yang berkualifikasi S-2 maka nilai rekomendasi tersebut akan minimalis. Rekomendasi daridosen yang berkualifikasi S-2 tetap punya nilai strategis apabila dosenyang bersangkutan memiliki jabatan struktural penting di lingkunganuniversitas atau fakultas.

Bea Siswa

Dimungkinkan bagi calon mahasiswa untuk mendaftar bea siswa DAAD.Persayaratan penting untuk mendapatkan bea siswa DAAD adalah Dosen atauPegawai Negeri Sipil. DAAD memang memberikan bea siswa untuk umum tetapiproporsi bea siswa untuk umum tersebut jumlahnya sangat terbatas. Untukdi Indonesia kantor DAAD beralamatkan di Gedung Summitmas II, Jl.Sudirman, Jakarta. Hanya untuk catatan penting tidak mudah untuk mendapatkan bea siswa dari DAAD.

Kesempatan mendapatkan bea siswa akan besar jika mahasiswa sudah berada di Jerman. Banyak lembaga non profit atau yayasan yang bersediamemberikan bea siswa. Syaratnya adalah nilai semester yang baik. Dengandemikian 'apply' bea siswa di Jerman baru dimungkinkan apabila kitatelah studi minimal selama satu semester.

Biaya Hidup (Living Cost), Kerja dan 'Free Fall'

Biaya hidup di Jerman relatif bervariasi. Untuk biaya hidup di kota besar relatif lebih mahal dari pada biaya hidup di kota kecil. Sebagai gambaran biaya hidup di kota besar berkisar antara Euro 600 s.d Euro 800per bulan. Sedangkan biaya hidup di kota kecil berkisar antara Euro 450- Euro 600. Perbedaan biaya hidup antara kota besar dan kota kecil memang relatif 'significant'. Tetapi keuntungan studi di kota besar adalah dimungkinkan untuk medapatkan kerja part time yang pendapatannya relatif lumayan besarnya.

Kemungkinan kerja sambil kuliah merupakan alternatif yang menarik. Sebagaimana kita ketahui bersama, sangat sulit sekali bagi calon mahasiswa untuk mendapatkan bea siswa di Indonesia. Untuk itu banyak mahasiswa yang mengambil alternatif kuliah sambil kerja mengingat sistemimigrasi di Jerman memungkin untuk itu. Pada banyak kasus para rekanmahasiswa dari India atau Cina banyak yang datang untuk studi di Jermandengan uang saku sangat 'pas-pasan' bahkan hanya cukup untuk biaya hidup3 bulan. Modal mereka hanya tekad dan nekad. Pola seperti ini biasanya disebut dengan 'free fall' (terjun bebas) berjuang sampai 'titik darah penghabisan' di negeri orang. Mereka siap hidup prihatin dan 'strugle'dengan kuliah sambil kerja, syukur-syukur mendapatkan bea siswa. Pola'free fall' ini akan lebih mudah diterapkan jika mahasiswa tinggal dikota besar karena mudah untuk mendapatkan pekerjaan part time. Banyakdiantaranya yang sukses dengan pola 'free fall' meskipun tetap ada saja yang gagal. Terlepas dari beratnya tantangan yang mesti diatasi, pola'free fall' tetap merupakan alternatif yang menarik bagi calon mahasiswa yang memiliki tingkat 'adrenalin' dan confident yang tinggi tetapi kemampuan financial resources-nya terbatas. Moral point yang pentingdalam hal ini mengapa pola 'free fall' tidak dicoba ? Toh banyak sekalimahasiswa yang sukses dengan pola free fall.

Jangan pikirkan pengorbanan dan tantangan yang mesti akan dihadapi, tetapi fokuskan pikiran tentang masa depan gemilang yang siap menyambut dikemudian hari dengan penuh senyum tentu saja....

Sekilas tentang Penulis. Penulis adalah Ferizal Ramli. Alumni Fakultas Ekonomi UPNVY, JurusanManajemen, Angkatan tahun 1990. Pernah bekerja di Singapura dan Malaysiaserta mendapatkan bea siswa studi di Program M.C.Sc., FH Furtwangen.Selama studi di almamater UPNVY tercinta, penulis juga aktif di kegiatankampus, berpartisipasi mendirikan KOPMA dan pernah menjadi Ketua UmumKOPMA UPNVY yang pertama periode 1994-1996.

Saat ini Penulis berdomisili di Jerman. Alamat lengkap penulis:
Am Großhausberg no: 02-07-10
D-78120
Furtwangen im Schwarzwald, Germany.
E-Mail: rferizal@hotmail.com dan framliz@yahoo.com

No comments: